Saturday, May 23, 2009

Menolak Panggilan Pulang

Diterbitkan oleh CV Media Pressindo, Yogyakarta, Cetakan I Juli 2000
(Dapatkan di toko-toko buku di kota Anda, atau pesan langsung ke penerbit: CV Media Pressindo, Jalan Godean, Guyangan GP IV No. 288 Yogyakarta 55292 telepon (0274) 546694

Kisah dramatis kehidupan suku Bukit di pedalaman Kalimantan: tentang kearifan dan kesetiaan terhadap nilai adat; cinta anak-anak kepala adat yang berbeda pandang dalam menyikapi kaumnya yang terasing; ambisi pribadi yang mendorong terjadinya pengkhianatan; konflik kepentingan yang tak terselesaikan. Dan, "Malapetaka itu akhirnya menghanguskan segalanya...." Tapi, cinta ingin tetap dipertahankan walau ia terusir dari tanah terasing.

Sinopsis

Anak penghulu itu kelak meneruskan tugas dan kewajiban ayahnya jika sang ayah meninggal. Tetapi, ketika 11 tahun usianya, ia terserang sakit sehingga mencemaskan seluruh warga Balai Bidukun. Ketika ia sembuh, orang dari kota membawanya ke Kandangan untuk disekolahkan.

Maka, ilmu dan nilai-nilai baru pun ia terima, nilai-nilai yang tentu berbeda dengan di Bukit, yang modern, yang tidak primitif, dan yang akhirnya meluruhkan nilai-nilai kesetiaan kepada adat tanah leluhurnya, termasuk melupaka sumpah bahwa kelak ia akan senantiasa setia dan mengabdi kepada Bidukun. Jika ia melanggar, ia bersedia menerima hukuman secara adat. Tetapi cintanya kepada putri Kepala Suku Balai Jalay, Aruni, tetap mengikatnya kepada Malinu. Sungguh batinnya penuh kontradiksi. Ketika ia lulus SMA, dan ia kembali ke Malinu--saat itu jalan tembus sudah dibangun-- ia ingin memboyong Aruni ke kota, meninggalkan Malinu yang tetap terasing. Tetapi sang gadis pujaan tak hendak lepas dari kaumnya. Ia ingin selamanya mengabdi kepada suku Bukit, untuk membebaskan dari keterasingan, keterpencilan, kebodohannya, tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai adat suku Bukit.

Dan, demi sebuah ambisi, Utay diperalat oleh perusahaan hutan tanaman industri agar mau melobi orang-orang Bukit untuk menanam sejuta pohon sengon. "Tapi kami tak perlu sengon. Kami tak biasa menanam pohon itu, kami hanya menanam padi. Jangan paksa kami," tolak warga Malinu.

Segalanya berakhir pada sebuah pertarungan dahsyat: Utay berkeras membela PT Rimba Nusantara, tempat ia bekerja, itu semua dilakukan demi ambisi meski harus mengorbankan sukunya sendiri. Maka, semuanya berakhir pada api yang berkobar, membakar seisi desa, dan Utay melarikan diri.... Bagaimana dengan Aruni yang ternyata sudah hamil di luar nikah dan itu merupakan pelanggaran adat yang paling besar dan mesti menerima kutukan dewa dan roh leluhur?

No comments:

Post a Comment